Isa Alamsyah
Isa Alamsyah adalah salah satu penulis paling produktif di Indonesia. Sudah lebih dari 50 buku yang ditulisnya. Jika digabungkan dengan penerbitan in house, tulisannya bias mencapai lebih dari 100 buku.
Ia juga aktif menulis artikel motivasi, kepenulisan, parenting, dan berbagai isu lainnya.
Yang menarik adalah penulis ini bahkan sebelumnya merasa tidak punya kemampuan untuk menulis. Buku pertamanya terbit sekitar tahun 2005 di usia 34 tahunan, usia yang cukup terlambat untuk memulai sesuatu.
Saat ini ia menjalani aktivitas sehari-hari dalam usahanya di bidang penerbitan dan coaching penulisan buku, serta mengisi workshop dan seminar. Ia juga mendirikan Komunitas Bisa Menulis yang anggotanya mendekati 50.000. (Update: kini hampir 100.000-an)
Sebelum aktif di dunia kepenulisan, suami dari Asma Nadia ini selama 8 tahunan bekerja di media asing, diantaranya Yomiuri Shimbun (Koran beroplah terbesar di dunia mencapai 14 juta kopi per hari), Nos Radio Belanda, The Economist (London), Televisi NHK Jepang, dan membantu beberapa media lain.
Selain kepenulisan dan jurnalistik, sang penulis juga mempunyai banyak pengalaman di bidang entertainment, keorganisasian, dan sosial.
Anasanti Darah Soetomo
Anasanti Darah Soetomo, ibunda dari Aisyah dan Fatimah ini adalah salah satu anggota aktif Komunitas Bisa Menulis. Ia berkesempatan megembangkan hobi dan bakat menulisnya di group yang diasuh oleh @isaalamsyah (Penulis Buku No Excuse!), Asma Nadia, dan kru AsmaNadia Publishing House.
Bagi Anasanti, menulis adalah memahatkan nama di lintasan sejarah. Kegigihannya dalam menulis sudah membuahkan hasil beberapa buku antologi: Safari Negeri Dongeng (Pustaka Lingga, 2013), Gado-gado Cinta (Pustaka Lingga, 2013), Pesan Cinta untukmu, Ukhti (Penerbit Asrifa, 2013), dan Puisi untuk Negeri (Oktober 2013).
Beby Heryanti Dewi
Berawal dari blog, sarjana sains yang sempat bekerja di bank ini berkenalan dengan dunia kepenulisan. Bersama Asma Nadia, Beby sudah menerbitkan buku antologi: Catatan Hati di Setiap Doaku, La Tahzan for Hijabers, The Jilbab Traveller, dan buku Terbaru yang juga diterbitkan di AsmaNadia Publishing House, Catatan Hati Ibunda.
Beby lahir di Aceh dari pasangan Herman Borrow dan Nuraidar Husin. Setelah beberapa kali hidup berpindah-pindah bersama sang suami, Ilham Maulana, dari Aceh, Jerman, dan Australia, kini Beby menetap di Banda Aceh.
Karya Beby lainnya yang sudah diterbitkan diantaranya: nonfiksi Diary Dodol Seorang Istri (Lingkar Pena, 2008), The Siblings: Hilangnya Duplikat Pedang Nabi (Penerbitan Pelangi Indonesia, 2013), dan antologi nonfiksi Galz, Please Don’t Cry (Lingkar Pena, 2006) serta Ketika Aa Menikah Lagi (Lingar Pena).
Selain itu Beby juga pernah menjadi script writer sinetron Lerudung yang Ternoda (Sinemart, 2007) untuk program Maha Kasih di RCTI. Tidak hanya buku dan kepenulisan yang ditekuni Beby, ia juga aktif dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai pengajar Bahasa Jerman di SMA.
Silaturahim dengan Beby bias melalui email: frau_maulana@yahoo.de dan http://kelaskreatif.blogdetik.com
Dewi Wulansari
Dewi Wulansari bekerja sebagai dokter Puskesmas di bilangan Jakarta Selatan. Bunda dari empat malaikat kecil ini mempunyai hobi membaca, dan meulai mengembangkan keterampilan menulisnya di Komunitas Bisa Menulis. Beberapa cerpennya sudah dimuat di media online. Ia bias dihubungio via twitter: @bunda4angels dan email: bunda4angels@gmail.com
Dian Ambarwati
Dian Ambarwati adalah seorang pegawai bhayangkara yang tidak asing dengan dunia tulis menulis. Suami dan anandanya menjadi sumber inspirasi. Ia sangat aktif di Komunitas Bisa Menulis, group kepenulisan di Facebook yang anggotanya mencapai 50.000 (sekarang 100.000-an)
Beberapa karya Dian sudah dipublikasikan dalam bentuk buku antologi, di antaranya adalah: Pelangi untuk Ananda (Pustaka Jingga), Refleksi Kehidupan (Soega Publishing), dan Safari Neger DOngeng (Pustaka Jingga)
Dian bisa disapa via akun Facebook: Dian Ambarwati dan email: ambarwatidian42@yahoo.com
***
Sinopsis Buku Catatan Hati Pengantin ada DI SINI
0 komentar :
Posting Komentar